31 December 2014

Pengalaman Menyebalkan Selama Ia di Jakarta

Bulan Februari lalu D datang ke Indonesia. Tujuannya ke sini tentu saja untuk bertemu dengan saya. Meskipun ini bukan kali pertamanya ke Indonesia, namun kunjungannya kali terasa lebih iistimewa karena adanya saya s Bulan Februari 2014 lalu D datang ke Indonesia. Tujuannya tentu untuk bertemu dengan saya. Ini memang bukan kali pertama ia datang ke sini. Namun, tetap saja kunjungannya terasa istimewa ka D adalah orang Indo-Belanda. Darah Jawa yang mengalir dalam dirinya membuat ia lebih terlihat sebagai orang Indonesia daripada orang Belanda. Keadaan fisiknya yang sangat Asia membuat kami menjadi 'aman' dari gangguan para bule hunter. Ya, perempuan-perempuan pemburu pria berkulit putih ini

30 December 2014

Setelah Lama Mati Suri

Walaupun gambar bercerita banyak, tetap saja tidak bisa menggantikan keajaiban kata-kata. Begitu banyak perjalanan yang saya lakukan lima tahun terakhir ini, namun, hanya sedikit cerita yang sempat saya tuliskan di blog ini. Ya, blog ini memang sudah lama mati suri. Saya hanya sesekali saja mengunjungi dan mengupdatenya dengan cerita terkini dari keseharian saya. Jelang penghujung tahun 2014 ini, saya memaksakan kembali jemari saya untuk merangkai kembali kata-kata, menguntainya menjadi kalimat-kalimat bermakna yang bertutur tentang kisah yang ingin saya sampaikan. Menulis memang bukan hal yang asing untuk saya. Tiga setengah tahun sempat saya lalui sebagai seorang wartawan. Meskipun sekarang, saya berpindah jalur sebagai pengajar, namun, bidang yang saya ajarkan tetap tidak jauh-jauh berhubungan dengan kata-kata. Posting kali ini saya ingin bercerita tentang perjalanan saya bersama keluarga ke Balikpapan dan Samarinda, bulan Juli 2014 lalu. Kami pergi berdelapan, yaitu saya, ibu saya, kedua adik laki-laki saya, adik perempuan saya dan suaminya serta kedua keponakan perempuan saya. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki ke pulau ketiga terbesar di dunia itu. Karena itulah, segala sesuatu yang saya lihat di sana menjadi suatu pengalaman baru bagi saya. Tatkala tiba di Bandara Sepinggan, Balikpapan, kami disambut oleh tulisan ‘Selamat Datang’ bergambar latar bekantan yang menyelipkan pesan ‘Selamatkan Saya’. Bekantan atau monyet Belanda, sebagai hewan endemik yang hanya bisa ditemui di pulau berjuluk ‘Paru-Paru Dunia’ ini, memang mulai terancam punah. Penyebarannya yang terbatas dan populasinya yang menurun jauh selama lima tahun terakhir memaksa semua pihak mengambil tindakan untuk menyelamatkan keberadaan monyet berhidung panjang tersebut. Saat ini, kota Balikpapan sedang mempercantik diri dengan keberadaan bandara baru mereka. Letaknya berdampingan dengan bandara lama. Tidak seperti bandara lama yang bercorak budaya Kalimantan Timur, bandara baru tampil dengan corak terkini yang modern. Bandara Soekarno-Hatta jelas kalah cantik dengan penampilan baru dari bandara ini. Adapun corak budaya Kalimantan Timur pada bandara lama terlihat dari ukiran di bagian atas atap. Ukiran tersebut merupakan ciri yang biasa ditemui pada bagian atas atap Rumah Lamin, rumah tradisional suku Dayak Kalimantan Timur. Kalimantan Timur menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari wisata alam, wisata budaya hingga wisata kuliner. Wisata alam berupa pantai-pantai yang cantik, penangkaran buaya dan beruang madu serta kawasan wisata alam Bukit Bangkirai. Wisata budaya yaitu melihat dari dekat kehidupan masyarakat Desa Budaya Pampang yang terletak di daerah Kutai Kertanegara. Bila berkunjung di hari Minggu, Anda dapat melihat sajian tari-tarian dan juga berfoto dengan para tetua adat dalam busana tradisional mereka. Bila tidak sempat datang pada hari itu, Anda tetap bisa mengunjungi tempat tersebut untuk bertemu dengan Nenek Priya. Ia adalah satu dari wanita bertelinga panjang yang tersisa di Desa Pampang. Sang Nenek akan dengan senang hati berpose bersama Anda dan keluarga. Namun, pose tersebut tidak gratis yah, alias berbayar. Setiap pose gambar yang diambil dikenakan biaya sebesar Rp 25.000,-. Sang Nenek tidak keberatan saat saya menawar Rp 20.000,- per pose. Coba saja menawar, mungkin Anda juga bisa seberuntung saya yang hanya membayar Rp 100.000,- untuk lima buah pose. Sedangkan untuk wisata kuliner, Balikpapan adalah surga bagi saya yang adalah pecinta kepiting. Selain kepiting, Balikpapan juga menawarkan berbagai makanan khas yang sayang untuk dilewatkan, mulai dari amplang, abon kepiting, bingka dan juga mantau. Keempat makanan ini juga dapat dijadikan sebagai pelengkap oleh-oleh cenderamata yang dibeli di Pasar Kebon Sayur.
Memandang kota Balikpapan dari atas ketinggian
Anak-anak penduduk bermain air di pantai
Menulis di atas pasir
Bermain pasir
Kepiting jantan saos Dandito
Cantik yah pemandangannya!
Lihat, saya menemukan cangkang kerang!
Dia yang lolos dari maut
Anak ayam yang malang!
Selamat datang di Bukit Bangkirai!
Melakukan jelajah hutan bersama-sama
Salah satu ukiran khas Dayak yang ada di dalam hutan Bukit Bangkirai
Sesaat setelah menyebrangi jembatan gantung
Penampakan tangga yang harus dinaiki untuk menuju jembatan gantung
Papan petunjuk arah Desa Budaya Pampang
Berpose dengan wanita bertelinga panjang
Beginilah wujud Rumah Lamin
Pintu masuk Rumah Lamin
Salah satu ukiran di dinding Rumah Lamin
Berpose di depan Sungai Mahakam
Dapatkah kamu menemukan di mana beruang madu berada?

07 September 2013

Mengingat Umur

Baiklah Kak Okke, tantangan diterima :) Bulan April kemarin gue genap berusia 33 tahun. Belum terlalu tuwir sih, tapi emang sudah tidak masuk lagi kategori remaja. Menurut ngana? Meski jiwa ini masih berjiwa muda, tsaaah, tapi tetap aja ada kok hal-hal remeh-temeh yang membuat gue diingatkan kalau gue itu sudah kepala tiga, nyaris empat puluh malah. Contoh nyatanya waktu pulang halal bihalal di rumah teman kuliah (S2) tahun lalu. Sepulang dari sana, teman-teman S2 gue yang masih unyu-unyu itu (23-25 tahun) ngajakin gue untuk hang out di Ancol. Ebuset, tiba-tiba amat yah rencananya! Begitu mendengar ajakan mereka itu, benak gue langsung deh mikirnya macam-macam. Mulai dari ‘Entar pulangnya bagaimana?', 'Naik apa?', 'Pulang jam berapa?', 'Besok acara gue full sampai sore di gereja, jadi kayaknya nggak usah deh, mending istirahat malam ini, daripada tepar besok'. Akhirnyaaaaa, gue pun lebih memilih untuk melipir pulang dan membiarkan teman-teman gue ini untuk meneruskan perjalanan mereka ke Ancol. Gue nggak nyesel karena nggak jadi pergi bareng mereka. Cuma yah pas perjalanan pulang, ada sesuatu yang mengganggu pikiran gue. Gue tiba-tiba terpikir, 'Oh, ini toh namanya bertambah tua'. Pikiran tersebut muncul karena gue sudah tidak bisa bersikap spontan lagi. Sikap penuh pertimbangan ini berbeda total dengan gue yang masih berusia di awal 20 tahun. Gue bukan lagi Rosa yang spontan, Rosa yang langsung hayuk aja pas diajak teman untuk hang out dan nyari baju baru di Melawai (tuh kan, jadul abis tempat nongkrongnya, hahaha). Hal lain yang bikin gue jadi inget umur itu adalah waktu NKTOB mau konser di Indonesia tahun lalu. Gegaranya pas mengingat-ingat kalau konser pertama mereka di Jakarta itu sudah hampir 20 tahun yang lalu. Ya ampun, how time flies fast yah. Padahal kayaknya baru kemarin deh gue lihat berita konser mereka di TV. Gue bisa inget banget kejadiannya karena waktu itu gue masih duduk di kelas 6 SD dan kebetulan sehari sesudah konser gue dirawat di rumah sakit.

01 August 2013

I can’t handle it anymore #AgustusMenulis

Jadi kan yah, beberapa hari yang lalu gue survey portable scanner di Taman Anggrek. Pas di Gramedia, sengaja mampir ke rak buku-buku travel, kali aja nemu buku travel guide to India. Eh, tahu-tahunya mata gue tertumbuk pada sebuah buku travel yang secara khusus membahas segala sesuatu tentang Belanda. Yaudah deh gue baca-baca aja di tempat. Karena kebetulan ada glossary of some simple Dutch words di buku itu, gue komat-kamit buru-buru ngapalin angka satu sampai sepuluh dalam bahasa Belanda. Niatnya buat pamer kemampuan baru sama seseorang, hahaha… Een, twee, drie, vrei, vijft, zes, zeven, acht, negen, tien Done! Gue pun pulang dengan niat pengen nunjukin kalo ‘Gue sekarang bisa donk ngitung satu sampai sepuluh dalam bahasa Belanda’. Namun ternyata baru beberapa hari kemudian, gue punya kesempatan untuk menunjukkan ‘ketrampilan’ baru gue tersebut. Tapiiiii lantaran cara bicara gue yang dikotori oleh aksen Batak yang sangat kental, yang bersangkutan malah bingung dan justru takjub mendengar cara gue berbicara bahasa ibunya. Bukannya memuji, eh dianya malah ngomong begini : ‘Kan zij ook tot honderd tellen?’ . Yang kalau diterjemahin bebas artinya kira-kira begini : ‘Bisakah dia menghitung juga sampai seratus?’ WHAT??? Count until hundred??? Wow, I give up deh. I can’t handle it anymore. It’s too much for me, hahaha…

25 July 2013

Kenal Orang Dalem

No offense yah, but as a Christian, I believe that I’ll be in heaven when I’m died. Mungkin keyakinan ini dianggap mengada-ngada dalam agama lain, but that’s what the point of Christian faith. Alasan gue menulis kali ini sebenarnya bukanlah untuk membuat perbandingan agama. Gak lah, siapalah gue ini. Pemahaman agama gue masih cetek banget and I’m not those hypocrites who think that they have the rights to do all the things they want for the sake of membela agama. Agama nggak pernah minta dibela kok, tuan-tuan terhormat… By the waaaaay, gue cuma pengen share soal inside joke ‘Kenal Orang Dalam’. This is the joke I used to say with my other Christian friend about the guarantee to be in heaven when we’re died. Our joke always began like this : Me : Hi, ***, where you’ll be when you’re died? Her : In heaven, for sure! Me : How can you be that sure? Her : I know the insider, hahaha… Kenapa tiba-tiba gue keingat sama joke ini adalah karena salah satu komentar di status gue yang ditulis dalam bahasa Belanda. Iya, iyaaa, gue yang salah, sok-sok berbahasa Belanda padahal cuma ngandelin si oom Google doank, hahaha… Setelah sesi pengakuan ‘Aku sebenarnya nggak bisa berbahasa Belanda kok, Kak’ selesai, gue pun menulis begini : ‘Soal to be yah Kak, nanti aku tanyain deh… Ada kenal orang dalem soalnya, hahaha…’

23 July 2013

Mari Menulis Kembali

Sudah lama banget blog ini tidak tersentuh. Enggak, gue nggak bakalan ngasih alasan-alasan klise seperti ‘gue nggak sempat’ atau ‘gue nggak punya waktu’ kok. Cuman yah, belakangan ini, gue memang lebih sering menulis di notes FB atau Paradewi.com *promosi boleh donk*, hehehe… Nah, terhitung mulai dari hari ini, gue akan mencoba untuk mengurus kembali blog yang sudah lama terlantar ini. Moga-moga bisa tetap telaten, yaaah setidaknya satu post aja nambah setiap bulannya. Mudah-mudahan yaaaaa…

04 October 2010

Movie Quotes (1)

The Curious Case of Benjamin Button

Daisy : Will you still love me when my skin grows old and saggy?
Benjamin : Will you still love me when I have acne? When I wet the bed? When I'm afraid of what's under the stairs?

Daisy : I'm so glad we didn't find one another when I was 26.
Benjamin : Why do you say that?
Daisy : I was so young and you were so old. It happened when it was supposed to.